Tepat tanggal 4 april, jum’at di Hongkong tanggal merah. Semua pekerja libur begitu juga Buruh Migran dari manca asia. Tetapi semua juga tergantung majikan masing-masing. Begitu juga aku, tidak mendapat libur kecuali hari minggu. Kebetulan tepat hari itu, majikan pagi-pagi sudah pergi dan pulang baru hari minggunya. Siang, jam kepasar aku gunakan pergi ke masjid wan chai. Lalu terus jalan menuju ke kantor dompet dhaufa daerah causwbay. Dari masjid wanchai kalau melewati pasar sangat dekat, maka aku jalan nerabas melalui pasar dab time square. Disaat depan mall pandanganku tertuju pada daerah antrian taxi.
Seketika pandanganku blandang kemana-mana. Kulihat banyak taxi sedang antri, didepan restaurant banyak pembali antri, depat gedung bioskoppun juga antri. Hmmm…. Semua serba antri, bahkan kekamar mandipun juga antri. Di Hongkong tidak ada yang tidak antri, semua serba antri karena demi kenyaman.
Adanya pandangan itu, pikiranku melayang jauh dan dalam hati bicara. “Bahwa aku juga antri.” Antri apa hayoo… yang jelas tidak antri ke kamar mandi, beli makanan, naik taxi, atau melihat film. Tapi, antri menunggu panggilanNya. Yah, menunggu panggilan Sang Pencipta. Tentunya tidak hanya aku, semua mahkluk hidup yang ada didunia ini.
Menurut renunganku saat itu, bahwa kita semua sedang antri menunggu panggilanNya. Bahkan panggilan itu tidak menilai dari segi siap atau tidak. Kalau memang sudah menjadi kehendakNya, pasti terjadilah hal itu. seperti yang tercantum dalam Yunus 107. Sungguh besar kuasa dan anugrahnya. Begitu juga dengan sopir taxi itu tadi. Taxi itu akan siap jalan dipanggil penumpang, si penumpang tidak akan memikirkan siap tidaknya si sopir untuk jalan. Entah saat menunggu antrian sambil makan, tidur, baca koran, atau sedang ngobrol telepon.
Lalu bagaimana dengan kehidupan kita untuk ngantri panggilanNya? Tentunya sama, bermacam-macam aktifitas manusia di dunia untuk ngantri panggilanNya. Memang, hal sepele ini kalau kita tidak merenungkan, kita tidak akan merasakan bahwa sewaktu-waktu kita akan mendapat panggilan. Sehingga, ada dalam pikiran hanyalah kebutuhan duniawi saja.
Kalau aku boleh ibaratkan, manusia yang ada di dunia seperti ikan dalam kolam renang. Kenapa? Karena semua apa yang kita petik sesuai berapa gesitnya kita dalam berenang melawan air itu tadi. Seperti, satu kolam ada beberatus ikan, lalu kalau kita amati tidak semua ikan itu sama kekuatan untuk berenang.
Ada ikan yang renang santai, tapi dinikmatinya, ada juga berenang dengan cepat meskipun harus menepak temannya yang penting mendapat kepuasan, ada juga pelan sekali seolah tidak ada semangat dan masih banyak lagi. Kemudian, bagaimana dengan saudara? Ikan yang mana anda pilih. Apakah yang tenang, gesit tapi curang, atau mungkin yang malas.
Maka, kata antri tadi kita hubungankan dengan panggilanNya masih bisa nyambung. Kemudian, disaat antri itu, apakah yang terbaik kita lakukan selama di dunia. pastinya satu orang dengan orang lainnya sangat berbeda-beda. Begitu juga aku, pastinya juga berbeda dengan pikiran pembaca. Aku mempunyai keinginan hidup sangatlah simple.
Aku ingin terus giat bekerja, belajar ilmu agama atau ilmu lainnya yang bersifat positif, selalu dekat pada Allah dan selalu berpikiran positif dalam menerima takdir Allah SWT. Pasti semua orang mempunyai banyak macam cita-cita selama masih diberi kesempatan hidup. Begitu juga dengan diriku.
Aku tidak akan perduli apa kata orang tentang orang lain. Kadang juga sedih kalau ada teman, yang hanya punya pikiran bahwa wanita tidak perlu belajar tinggi-tinggi toh nanti juga jadi ibu rumah tangga. Kalau menurutku, sambil menunggu panggilanNya alangkah baiknya kita tetap mencari ilmu sebanyak mungkin. Karena dengan ilmu kita akan semakin tahu dan banyak beramal dengan ilmu tadi.
Mencari ilmu tidak perlu harus sekolah atau kuliah, kita mendengarkan dakwah, membaca buku, itu sudah termasuk mencari ilmu. Bukankah demikian? Selain itu dalam islam juga mengajarkan kita untuk terus mencari ilmu sampai akhir hayat. Atau bisa dengan peribahasa, carilah ilmu sampai ke negeri chinapun.
Semoga dengan ini bisa kita jadikan renungan untuk diri sendiri. Kita termasuk ikan yang mana? Sudah siapkah menerima panggilanNya? Dengan aktifitas apa kita isi selama didunia dalam antrian?
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar