Di zaman semakin maju, kehidupan kota seperti Jakarta dipadati dengan segala aktifitas yang sangat menyita waktu. Tanpa sadar selama satu hari, terdapat dua puluh empat jam habis untuk pekerjaan. Waktu adalah uang, istilah dipakai orang sibuk. Karena terlalu sibuknya hingga lupa dengan kegiatan shilaturrahim dengan saudara atau teman diluar kantor. Di saat ada tawaran, “Minggu depan kita main ke rumah ibu, yuk!” Pasti dengan ringan kita akan menjawab, “Ah….! Aku sedang ada rapat. Aku ada janji dan masih banyak lagi alasan Seperti dalam firman, “Dan takutlah kalian kepada Allah yang dengan mempergunakan (namaNya) kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” Q.S. an-Nisa’: 1. Pertama Allah memerintahkan Taqwa dan selanjutnya menyebutkan Arham (jamak dari Rahim) untuk menegaskan akan keagungannya. Dalam perasaan muslim yang terbina, keunggulan dan posisi penting Rahim cukup dibuktikan dengan banyakknya ayat yang memerintahkan agar ia dijalin dan dibina secara baik selain Iman dan berbuat baik (Ihsan) kepada kedua orang tua (lihat Q.S. al-Isra’: 24, 26, dan an-Nisa’: 36) serta banyaknya hadits yang mendorong hal tersebut.
Dalam firman Allah jelas menyebutkan bahwa begitu besarnya makna shilaturrahim untuk menyambung hubungan lebih luas lagi. Salah satu cara Allah Ta’ala dalam membuat jaringan adalah terjadinya pernikahan. Pernikahan merupakan bentuk terprogramnya jaringan yang langgeng jika dirawat dengan baik. Jaringan yang kedua adalah adanya keimanan seaqidah. Ketiga adalah satu visi dan misi dalam menjalankan kehidupan sehingga terbentuk komunitas. Nah, shilaturrahim merupakan cara melanggengkan jaringan.
Nabi Saw. bersabda, “Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, memberikan zakat dan menyambung sanak famili.” Dengan jelas bahwa Nabi Muhammad junjungan kita menyarankan kepada umatNya untuk selalu melakukan shilahturrami dengan sanak saudaranya melalui jalan apapun. Apalagi seperti sekarang, jaman sudah serba canggih. Meskipun tidak dapat secara langsung, bisa dilakukan shilaturrami dengan mengirim SMS atau telepon untuk sekedar menanyakan kabar keluarga.
Silaturrahim tidak hanya tumbuh dari prinsip zakat atau sedekah dalam arti luas berupa memberi harta atau non harta saja, tetapi silaturrahim juga bisa berupa kunjungan yang bisa menguatkan unsur-unsur kerabatan dan lebih luas lagi bisa terwujud dalam saling mengasihi, saling menasehati, saling memberi pertolongan, mendahulukan orang lain dan sikap obyektif. Ia juga bisa berupa ucapan yang baik, pertemuan yang menyenangkan, wajah sumringah penuh senyuman dan lain-lain dari aneka ragam kebaikan yang bisa melahirkan rasa cinta dalam hati, dan bahkan oleh Nabi Saw. ia diperintahkan dalam bentuk yang sangat sederhana dan sangat minim biaya dengan sabda Beliau, “Basahilah ikatan sanak famili kalian meski hanya dengan salam.” H.R. Bazzar. “Sedekah kepada orang miskin adalah sedekah dan kepada pemilik hubungan sanak famili adalah sedekah dan shilah (penyambung).” Nasai-Turmudzi.
Di sini ada isyarat bagi muslim yang terbina dan menyambung hubungan baik dengan family maupun teman muslim diberikan kenikmatan dalam naungan rahmat dan sesungguhnya, bagi orang yang memutuskannya terhalang dari rahmat itu. Jika demikian berarti rahim bagi orang yang menyambung adalah berkah dalam rizki dan berkah dalam umur, menambah dan menjadikan hartanya berkembang serta memanjangkan umurnya. Nabi Saw. bersabda, “Barang siapa suka dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung sanak familinya.”Muttafaq alaih.“Pelajarilah dari nasab-nasab apa yang bisa kalian gunakan untuk menyambung sanak famili kalian, sebab menyambung sanak famili adalah kecintaan dalam keluarga, meningkatkan harta benda dan memanjangkan umur.” H.R. Turmudzi.
Dan lebih menyakitkan lagi rahim juga merupakan penghalang surga bagi orang yang memutusnya, ia adalah sumber malapateka dan bencana karena Rahmat tidak akan turun kepada suatu kaum yang di antara mereka ada orang yang memutuskan sanak famili sebagaimana ditegaskan dalam hadits, “Tidak masuk surga, orang yang memutuskan sanak famili.” Muttafaq alaih. “Sesungguhnya Rahmat tidak turun kepada suatu kaum yang di antara mereka ada orang yang memutuskan sanak famili.” H.R. Baihaqi.
Dengan jelas bahwa memutuskan shilahturrahim dengan sanak family akan berdampak negative pada diri sendiri. Betapa indahnya bila hubungan antar umat tetap dijaga dengan penuh persaudaraan. Saling memaafkan dengan ihklas salah satu untuk membangun kebersamaan hidup saling menyayangi. Sebab hanya orang-orang yang beriman dan takwa yang menjadi penghuni surge. Berganteng tangan bersatu kunci utama kesuksesan iman. Pada dasarnya hidup tanpa saudara hal yang sangat mustahil. Jadi tujuan utama mengapa dalam islam diajarkan untuk saling shilaturrami yaitu supaya hubungan antar manusia tetap terjaga dan menjadi kekuatan untuk menegakkan kebenaran.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar