Penyebab Anak Menjadi Pesimis, Kurang Percaya Diri dan Kurang Mandiri
montclair.edu |
Namun bagaimana bila kita memiliki anak yang pesims, kurang percaya diri, dan kurang mandiri? Apa-apa harus ditemeni. Melakukan ini tidak bisa, dan harus dilakukan oleh orang tuanya. Sungguh sifat yang sangat bertolak belakang dari sifat anak yang pertama.
Namun tiada asap tanpa api. Bila kita memiliki anak seperti contoh yang kedua, jangan berkecil hati. Kita harus mencegahnya. Namun sebelum mencegahnya tentu kita harus tahu sebabnya. Bila kita sudah tahu sebabnya, tentu akan menjadi lebih mudah mengatasinya ataupun “menyembuhkannya.”
1. Sering ditakut-takuti
Apakah kita pernah, atau bahkan sering menakut-nakuti anak saat “menasihati” mereka? Misalnya dengan mengatakan,”Nak… Jangan masuk ke dalam ruangan itu, di sana banyak kecoak. Nanti digigit lho… .” Mungkin sang anak akan langsung menuruti apa yang kita katakan. Namun mungkin kita tidak pernah berpikir efek negatifnya, Hal-hal yang berbau “menakut-nakuti” tersebut, ternyata bisa menjadi salah satu penyebab anak memiliki sifat pesimis. Bila kita mengalami kasus di atas, alangkah lebih baik bila kita menggunakan kata-kata yang tidak bersifat menakut-nakuti, misalnya dengan mengatakan,”Nak… Main di sini saja. Di sini kan tempatnya lebih luas dan lebih terang.” Pokonya, hindari kata-kata yang berbau menakut-nakuti deh.
2. Kita sendiri mudah cemas dan takut
Ternyata, secara tidak sadar, diri kitalah yang menjadi penyebab anak menjadi pesimis. Misalnya saat kita sedang merebus air. Lalu waktu airnya masak, kita berlari untuk mematikan kompor, sampai mengagetkan anak. Anak yang sering dikagetin meskipun itu secara tidak sengaja, dan sering melihat orang tuanya cemas, juga bisa menjadi salah satu penyebab anak menjadi pesimis dan kurang percaya diri. Logikanya sih, kalau kita sendiri kurang bisa mendamaikan hati sendiri, bagaimana bisa mendamaikan hati orang lain? Jadi marilah kita belajar menjadi tenang dalam menghadapi segala apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita. Banyak berdoa, beribadah, mau memaafkan, tidak suka membenci orang, dan segala sifat baik, bisa membuat hati kita menjadi tenang. Sudahkah itu kita miliki?
3. Anak Sering Dimarahi, Dilarang, dan Diejek
Saya pernah melihat seorang anak membantu mamanya yang sedang sibuk mempersiapkan sebuah acara di rumahnya. Karena melihat beberapa orang dewasa dan mamanya sibuk memindahkan piring dari satu ruangan ke ruangan yang lain, sang anak pun tanpa disuruh segera membantu mamanya dengan melakukan hal yang sama. Apa yang terjadi? Saat melihat anaknya membawa piring, meski tidak terlalu banyak, sang mama langsung marah dan mengatakan,”Nanti kalau pecah gimana? Nanti kalau menjatuhi kakimu gimana?” Sang anak pun menangis karena dimarahi. Entah apa yang ada di dalam hati sang anak saat itu. Saya saat melihat kejadian itu langsung menebak kalau sebenernya sang anak hanya ingin membantu mamanya yang kelihatan capek karena memindahkan piring, dan sang anak hanya ingin membantu. Bila itu yang ada di dalam hati sang anak, tentu sang anak merasa sangat sedih dan bingung karena dia baru tahu kalau membantu orang itu adalah sebuah kesalahan. Di lain waktu, bisa jadi sang anak menjadi takut membantu sang mama dan melakukan hal-hal yang lain yang dia rasa “ berbahaya”. Jadi bila anda menghadapi situasi yang sama, akan lebih baik bila anda meminta sang anak untuk membantu malakukan hal yang lain, misalnya memindahkan sendok atau hal-hal lain yang mudah dilakukan untuk seorang anak, dan diusahakan tidak memakai “marah”.
4. Sikap Orang Tua Terlalu memanjakan
Membantu sang anak untuk melakukan sesuatu bukanlah sebuah kesalahan. Namun bisa menjadi sebuah kesalahan bila kita lupa bahwa anak juga perlu berlatih melakukan banyak hal. Misalnya, memakai sepatu, memakai baju, makan, dll. Kita harus melatih anak untuk bisa melakukan hal itu. Jangan sampai semua itu kita atau pembantu kita yang melakukan. Yang pasti kita harus tahu, kapan kita harus membantu sang anak, dan kapan kita harus mendidik dan melatih sang anak untuk bisa melakukan “hal-hal sepele” tersebut sendiri. Jangan sampai hanya karena kita ingin memanjakan sang anak, kita menjadi lupa bahwa anak-anak juga butuh belajar melakukan sesuatu secara mandiri.
5. Menuruti Segala Kemauan Sang Anak
Banyak orang menjadi sukses karena memiliki motivasi. Misalnya karena ingin punya uang banyak, ingin membantu keluarga, ingin berguna bagi banyak orang, dan lain-lain. Motivasi yang tumbuh dari dalam diri itulah yang banyak membuat orang menjadi sukses di jaman yang penuh persaingan ini. Bila kita terlalu sering menuruti kemauan sang anak, misalnya minta ini dan itu selalu dibelikan atau dipenuhi, maka anak menjadi kurang terbiasa untuk memotivasi diri sendiri. Mari kita belajar dari orang-orang sukses yang pandai dalam memotivasi diri sendiri tersebut, dengan tidak melulu memenuhi permintaan sang anak, apalagi permintaan yang kurang menunjang masa depan mereka.
6. PErbanyak Memuji dan Memotivasi
Pujian dan dorongan adalah hal yang sangat sepele. Namun hal itu bisa menjadi sebuah kekuatan bagi seorang anak untuk melakukan sesuatu. Jadi bila anda ingin buah hati anda selalu melakukan hal yang baik, pujilah saat dia melakukannya, dan berilah motivasi agar dia selalu melakukan hal-hal yang dalam hidup mereka. Saya percaya, pujian dan motivasi yang kita ucapkan dengan tulus, akan menjadi sebuah doa bagi sang buah hati.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar