Pepe adalah seekor anak ayam yang pemberani. Dia tidak pernah takut pada mahluk apa pun. Hal itu tentu saja sering membuat khawatir kedua orang tuanya. Pepe suka sekali permainan yang penuh tantangan, seperti menyeberangi sungai, mendaki bukit, memanjat pohon, dan lain-lain. Walaupun memiliki tubuh yang kecil, tapi tubuh Pepe termasuk kuat.
Pada suatu hari, di kampung tempat Pepe tinggal diserang oleh seekor ular Pythom. Ular itu sudah memakan beberapa ekor ayam di kampung Pepe. Tidak ada satu ekor ayam pun yang berani menghadapi ular besar itu. Ayam memang bukan lawan yang sepadan bagi seekor ular Pyton. Hanya ada satu ekor ayam (tepatnya anak ayam) yang tidak takut pada ular Pyton itu, dia adalah Pepe.
Di hadapan teman-temannya, Pepe berpidato supaya mereka jangan takut. Pepe memberi semangat kepada temen-temannya, agar mau melawan ular Pyton yang besar itu. Pepe yakin, pasti ada cara yang untuk mengalahkan ular besar itu. Namun teman-teman Pepe malah menganggap Pepe sudah gila atau stress, sehingga tidak ada satu ekor temanpun yang mau mendengarkan Pepe.
Di dalam kesendirian, Pepe merenung. Dia terus mencari cara yang terbaik untuk mengalahkan ular besar itu. Dia ingin membuktikan kepada teman-temannya kalau seekor ayam pun bisa mengalahkan seekor ular. Dia tentu saja juga ingin membuktikan kalau dirinya tidak gila.
Saat berjalan-jalan di sekitar kampung, Pepe melihat sebuah benda berkilauan terbuat dari besi. Benda itu adalah jarum. Pepe senang sekali menemukam sebuah jarum, karena dia bisa menggunakannya sebagai senjata untuk melawan ular itu. Namun jarum tersebut begitu pendek, sehingga hampir tidak mungkin untuk menusuk ular yang memiliki tubuh yang sangat panjang.
Pepe lalu merenung kembali. Dia ingin menemukan cara mengalahkan ular besar itu dengan jarum. Pada saat itu, Pepe mulai mengingat kembali sebuah kejadian pada saat ular itu menyerang 3 hari yang lalu. Hari itu adalah hari terakhir ular itu menyerang kampung Pepe, dan tentu saja beberapa minggu lagi ular itu akan kembali.
Pada saat itu Pepe bersembunyi di atas pohon, karena memanjat pohon adalah salah satu keahlian Pepe. Pepe bisa melihat jelas pada saat ular itu menelan tubuh Paman Peto hidup-hidup. Di dalam tubuh ular itu, bisa terlihat dengan jelas bila Paman Peto masih bisa bergerak, walaupun lama kelamaan gerakan-gerakan itu berhenti.
Kemudian tumbuhlah semangat baru di dalam hati Pepe untuk melawan ular Pyton itu. Dengan bersenjatakan jarum kesayangannya, Pepe ingin sekali mengalahkan ular itu.
Setiap hari Pepe berjaga-jaga di hutan. Terkadang Pepe berjalan sambil mengayunkan jarumnya untuk melatih kekuatan tangannya. Dia tidak peduli dengan keselamatannya sendiri. Banyak teman-temannya menertawakan Pepe yang seperti ayam gila, karena Pepe berjalan bolak-balik tak tentu arah. Namun Pepe tidak mempedulikan kata-kata mereka. Pepe akan melakukan apa pun demi keselamatan keluarganya dan semua teman-temannya.
Tidak lama kemudian, terdengarlah teriakan ayam-ayam dari kampung Pepe bagian utara. Semua teman-teman Pepe berlari ke arah selatan untuk mencari tempat yang amam. Berbeda dengan Pepe, dia justru dengan cepat berlari ke arah utara untuk menghadapi ular besar itu.
Pada saat itu, Pepe melihat ada seekor ayam betina kecil terpojok diantara batu-batu besar.Ular Pyton itu tepat di depan ayam kecil itu. Ayam kecil itu bernama Pipi. Pipi terlihat sangat ketakutan. Lalu Pepe segera bergerak ke arah Pipi untuk melindunginya. Pepe kini berada di dekat Pipi. Pepe berbisik kepada Pipi,”Pipi, setelah aku menantang ular itu, kamu harus segera berlari. Kamu jangan melihat ke arahku. Teruslah berlari dan mencari tempat yang aman. “
Mendengarkan bisikan Pepe, Pipi hanya menganggukkan kepalanya. Tidak lama kemudian, Pepe segera mendekati ular itu dan menantangnya,”Ayo kalau berani... Makanlah aku... Aku tidak takut padamu!”
Ular itu sangat heran, karena baru pertama kalinya ada seekor ayam, apalagi anak ayam, yang berani menantangnya. Pada saat itulah, Pipi tidak mau melewatkan kesempatan untuk melarikan diri. Ular itu kembali melihat ke arah Pipi yang melarikan diri. Namun dengan cepat Pepe berkata lagi,”Hei Tuan Cacing... Jangan hiraukan dia. Dia hanyalah ayam betina kecil yang tidak berdaya. Sekarang.... Lawanlah aku!!! Seekor cacing seperti kamu adalah makanan kesukaanku!”
Ular besar itu pun kembali memandang Pepe. Pepe telah bersiap melawan ular itu dengan sebuah jarum yang dia sembunyikan diatara bulu-bulu lembutnya. Tanpa memakan waktu lama, ular besar itu pun segera menyambar tubuh kecil Pepe dan menelannya.
Setelah menelan tubuh Pepe, ular besar itu segera mengejar Pipi yang jaraknya belum terlalu jauh. Pipi sudah berlari secepat mungkin, namun ular itu bergerak dengan cepat pula. Pada saat berlari, Pipi terjatuh karena kakinya tersangkut semak belukar. Ular itu pun segera mendekati Pipi yang sudah tampak kelelahan. Pada saat ular itu bersiap untuk menyerang Pipi, tiba-tiba saja ular itu meronta-ronta kesakitan. Gerakan tubuhnya menjadi tidak beraturan, dan akhirnya mati.
Pipi dalam keadaan takut, hanya berdiri kaku melihat kejadian itu. Lalu dia mencoba melangkahkan kakinya, dan mendekati ular besar yang sudah tidak berdaya itu. Pada saat itulah, Pipi melihat Pepe dengan tubuh bersimbah darah. Ternyata Pepe telah berhasil keluar dari tubuh ular itu. Dia menyobek perut ular itu dengan sebuah jarum kecil. Karena kelelahan, Pepe pun akhirnya pingsan.
Pada saat Pepe terbangun, Pepe sudah disambut oleh beratus unggas penghuni hutan. Pepe dianggap sebagai pahlawan oleh para unggas. Pesta besar telah diadakan untuk menyambut seekor pahlawan besar. Sejak saat itu, ayam dan unggas lainnya tidak lagi takut melawan ular. Bahkan banyak sekali ayam terlatih yang sudah dipersiapkan untuk melawan para pemangsa. Keberanian Pepe kecil telah mengobarkan semangat beratus-ratus unggas penghuni hutan.
(Zepe)
Pesan Moral:
Sebuah Hal sederhana bisa memberikan pengaruh yang besar.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar