AYAH BARU, AYAH LAMA

Bookmark and Share
“Bunda, kemarin putri bertemu ayah baru,” kata putri. Saat kita ngobrol di telepon.
Dek. Aku kaget dengan ucapan putrid baru saja. “Ayah baru? Aduh pasti ada orang laki-laki berkeinginan menculik anakku,” pikiranku saat itu. kawatir dan takut.
Aku bingung dengan ucapan baru saja. Tapi aku ingin bersikap bijak terhadap anakku, makanya aku hati-hati tuk bertanya dari mana mendapat kata-kata itu. Padahal, aku belum menikah lagi. Sekarang, ada orang mengaku ayahnya. Siapa dia? Mungkinkah Sony ayahnya Putri? Oh, tidak…tidak….

“Eh, bunda kok diam. Ada apa hayoooo…
Aduhhh… ini anak kok sudah pandai meledek ya.. Putri bicara apa saja sama orang itu. terus saat itu Simbok kemana ? tanyaku kayak menginterogasi aja. Wekk… pasti deh putrid bingung jawabnya.
“Bunda, kok kayaknya kawatir banget, sih. Simbok nemani putri ngobrol ama Om Sony kok. Om Sony tidak bilang apa-apa, Cuma Tanya sekolahnya gimana. Sebenarnya dia mau ngajak jalan-jalan tapi sama Simbok tidak boleh.
Simbok benar-benar memeggang amanh yang aku berikan. Memang aku tidak ingin kalau anakku di bawa Sony. Uh.. dia tidak punya perasaan, terutama keluarganya yang justru menyuruh Sony menelantarkan aku. Aku tidak ingin anakku punya sifat kayak keluarganya.
“Putri harus dengarkan Simbok, ya. Jangan mau kalau di ajak Om Sony kemana-mana. Kalau mau main atau ngobrol di rumah saja. Putri suka di rumah simbok khan?
“Tapi, bunda… eh tidak jadi deh. Kira-kira bunda maraah tidak ya kalau Putri ingin tahu alasannnya kok tidak boleh ikut ayah baru.
Weeks.. oh, anakku ternyata sudah dewasa dalam berpikir. Aku harus super hati-hati jawabnya supaya tidak membuat hatinya terluka. Putri memang masih kecil tapi daya ingatannya sangat tajam jadi aku harus bisa bersikap bijak dengan jawaban yang akan aku utarakan.
“Hai… bunda kok malah diam, sih. Ok.. putrid tidak Tanya deh.
Weleh… kok aku jadi kikuk, ya. Aku jadi bingung mulai dari mana dulu untuk menjelaskannya. Wah… cari kata yang tepat kok sulit. Eh buka kamus ada tidak kata yang baik untuk anak kecil. Weleh aku jadi mengada-ada sendiri…
“Em… begini Putri saying. Bukan bunda melarang, tapi Putri khan belum kenal Om Sony lebih dekat nanti kalau sudah akrab dan Om Sony sering main ke rumah baru bisa jalan-jalan sama Om. Nanti kalau putrid sudah sekolah SMP atau SMA bunda akan cerita. Jadi Om Sony anggap saja ayah lama ya… jangan bilang soal ayah baru lagi.
Yes! Aku berhasil bisa ngomong. Moga Putri bisa mengerti itu harapanku. Aku akan jelaskan kalau sebenarnya Sony adalah ayahnya. Tapi tidak sekarang, sebab pasti nanti ada pertanyaan yang lebih rumit aku jawab. Ih, karena belum siap saja.
“Jadi, Om Sony bukan ayah baru, ya. berarti belum ada ayah baru lagi. Ayah lama kok kayak India, tinggi lagi.
Waduh.. anakku ternyata pikirannya mudah nangkap. Dari kata-katanya mengharap ayah baru. Asyikkk… bisa nikah lagi. Yah, aku bisa menikah lagi. Meskipun sekarang belum tahu akan menikah lagi. Tapi setidaknya Putri anakku sudah member lampu hijau kalau aku diijinkan.
“Putri, pingin ayah baru? Atau putri ingin ayah lama saja.” Coba aku Tanya siapa tahu dia mengharapkan ayah lama saja. Tetapi itu juga tidak mungkin aku bersatu dengan Sony. Bukan aku egois tapi Sony sudah menikah lagi, bahkan ini baru saja istri yang ke tiga.
“Putri tidak suka ama ayah lama. Dia tidak saying putri, kalau saying kenapa baru sekarang menjenguk padahal Om Sony bilang kalau dia tidak di Hongkong sama Bunda. Jadi selama ini Bunda kerja banting tulang sendiri bukan sekolah Putri dan buat bantu keluarga Simbok.” Ocehnya panjang lebar.
Ya Gusti… anakku sangat sudah dewasa. Belum waktunya dia mengerti soal ini tapi sekarang sudah mengerti. Aku merasa bersalah tidak pernah menungguinya. Entah berapa besar dosa yang aku tanggung selama ini.
“Maafkan bunda saying. Bunda berbohong sama putrid tentang ayah. Tapi kalau sudah gedhe nanti bunda janji akan cerita tentang ayah.” Ups.. aduh..ini air mata kok ikut nimbrung seyy…
“Sekarang sudah dulu, kapan-kapan bunda telepon lagi, ya. jangan lupa belajar yang rajin ya biar tidak kayak bunda. Makan yang banyak ya biar gemuk badannya.
“Iya, bunda. Bunda juga jaga kesehatannya. Jangan kwatir Putri sudah besar, sebentar lagi sudah SMP… ups.. he he he he belum masih lama, sekarang aja baru kelas dua SD.
“Iya saying. Assalam’ualaikum…
“Wlaikum salam…
Percakapn singkat tapi membuat aku semakin rindu dengan buah hatiku. Yah, aku rindu celotehnya seperti orang dewasa. Tapi cerewetnya minta ampun deh, melebihi cerewetnya bundanya he he he padahal aku sendiri bundanya.
Sungguh ini beban terberat bagiku. Yah, aku harus segera pulang untuk mengasuh putri sendiri, menemani belajar dan bermain itu salah satu tanggung jawabku. Tapi tidak mungkin sekarang, aku harus mengumpulkan modal dulu. Tidak lama, aku akan nambah setahun saja setelah itu good bay Hongkong. Yah, semoga Allah mengabulkan segala apa yang aku inginkan ini demi buah hatiku tercinta.
Waktu seakan berjalan lama bila selesei ngobrol ama Putri. Sungguh aku sudah tidak sabar merasakan hari-hari bahagia bersamanya. Aku ingin membahagiakan dia bila pulang nanti, itu pasti.
Sony.. oh laki-laki kurang bertanggung jawab. Dulu saat masih hamil tua begitu saja meninggalkan aku, setelah anaknya lahir dengan seenaknya kajak balik lagi. Weleh.. kok enak banget. Tidak… aku tidak akan kembali lagi dengannya. Semoga Allah melindungiku yah semoga melindungiku dan anakku.
Aku dan anakku akan terbang bebas mengeyam kebahagian walaupun tanpa seorang laki-laki disisiku. Aku yakin Allah akan memberikan terbaik buatku dan anakku. Aku yakin itu.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar