MENAGIH JANJI BAPAK SULIS

Bookmark and Share

Sampai sekarang ini honor Wiyata Bhakti masih sangat minim di bawah jauh Guru PNS sekitar 1/25 gaji PNS, dan jauh di bawah UMR. Buruh Pabrik rata-rat sudah mencapai UMR. UMR di Kab Batang sekitar 800 ribuan. Sedangkan honor atau istilahnya uang sabun Wiyata bhakti hanya Rp 100.000,-. Bahkan masih ada yang Rp. 50.000,-.
Tentu saja ini sangat memprihatinkan di saat sekarang ini yang serba mahal. Apa seorang guru pengabdian atau wiyata bhakti Cuma mengandalkan dari honor sekolah? Honor sebulan habis dipakai beberapa hari saja. Sebagai manusia yang memiliki kebutuhan hidup guru pengabdian tentunya tidak hanya fokus di sekolah saja. Banyak dari mereka yang mecari sampingan dengan ngojek, jualan, memberi LES baik privat maupun klasikal dan lain sebagainya.
Betapa memprihatinkan nasib Guru Wiyata Bhakti di Indonesia
Maka akan sangat tidak bijaksana jika kepala sekolah, pengawas, pemerintah yang membebankan dan mengharuskan  para guru memiliki kewajiban seperti guru PNS. kenyataannya hak yang didapatkan jauh di bawah Guru PNS. Fakta di lapangan banyak sekali Kepala sekolah dan guru PNS yang memandang rendah guru pengabdian dan dengan seenaknya berbuat semena-mena. Guru pengabdian disuruh mengganti kelas, membuat administrasi sekolah, keuangan sekolah dan lainnya. Apakah tidak malu padahal Guru PNS sudah digaji Pemerintah, diberi tunjangan sertifikasi, tunjangan non sertifikasi, gaji ke-13 dan juga kenaikan gaji secara berkala. Coba kalo kita lihat dengan keadaan guru wiyata bhakti. Mereka hanya mendapatkan honor 100 ribu rupiah. Dan hanya mendapatkan Honor daerah per bulan 150 ribu rupiah yang diterimakan setahun sekali.
Di saat Bos sudah naik, masih ada saja Sekolah yang tidak menaikkan honor guru wiyata bhakti yang ada di lingkungan sekolahnya. Apakah mereka tidak memikirkan betapa susahnya mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Honor tidak dinaikkan, ironisnya para guru wiyata bhakti dijejali tugas dan kewajiban melebihi kewajiban guru PNS.
Coba kita lihat di sekolah-sekolah justru tenaga-tenaga muda Guru Pengbdian yang memiliki banyak kompetensi dan kreatifitas di bandingkan dengan guru PNS. Mereka tidak kalah dengan guru PNS. Guru wiyata bhakti juga rata-rata lulusan S1 Pendidikan. Mereka bisa dikatakan tenaga professional karena sudah berijazah. Pertanyaannya Mengapa guru wiyata bhakti honornya kalah jauh dengan PNS? dibandingkan dengan buruh pabrik juga masih jauh di bawahnya. Honor wiyata bhakti 1/8 dari Buruh pabrik? Beginilah kenyataannya. Apakah kita tidak malu Guru wiyata bhakti yang berijazah S1, yang juga ikut mencerdaskan anak bangsa dihargai 100 ribu per bulan?
Jangan salahkan pada guru wiyata bhakti jika mereka tidak fokus pada anak didik dan sekolah. Karena secara kesejahteraan sangat kurang dan berada jauh di bawah. Tentu saja guru wiyata bhakti mengais rezeki di luar sekolah dan tidak hanya fokus di sekolah. Makanya Para kepala sekolah yang bijak seharusnya tidak akan memberikan tanggung jawab yang terlalu membebani guru wiyata yang ada di sekolahnya.
Kaitannya dengan janji Bapak Sulistiyo yang sekarang menjabat sebagai DPD RI, mengenai programnya yang akan membantu guru wiyata bhakti, kami para guru wiyata bhakti mohon agar segera diperhatikan kami karena sampai sekarang masih ada dan banyak sekali guru yang berhonor 100 ribu rupiah. Bukankah Bapak Sulistiyo sudah berjanji bahwa tidak akan ada lagi guru yang bergaji lebih pantasnya berhonor 100 ribu rupiah? Sampai sekarang program dari Bapak Sulistiyo belum terealisasi.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar