TEMPO.CO, Surabaya - Membayangkan kulit durian (Durio zibethinus) saja sudah merinding. Namun, sabun kulit durian ini bukan potongan kulit durian yang masih bercokol duri, lantas digosokkan ke kulit. Tak bisa dibayangkan bagaimana perihnya begitu digosok dengan kulit durian asli. Lewat skrining fitokimia guna mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam kulit durian, sabun dari kulit durian diciptakan. Hasil penelitian menunjukkan, kulit durian mengandung senyawa golongan terpenoid, alkaloid, dan saponin. Kandungan ini membentuk aroma kuat dan khas buah durian.
"Dibuat dari ekstrak kulit durian," kata Mahenda Abdillah Kamil, peneliti sabun kulit durian kepada Tempo, Sabtu 13 Juli 2013.
Bermula dari hobi mengkonsumsi durian, mahasiswa jurusan Statistika, Universitas Airlangga ini, terbersit ide menciptakan sabun dari kulit durian. Setelah memakan daging durian, kulit durian umumnya dibuang ibarat sampah tak berguna. Padahal, limbah kulit durian menyimpan khasiat yang mampu mengilangkan bau tak sedap alias punya daya guna lebih.
Dari riset awal tadi, Mahenda mengajukan proposal penelitian kepada Direktorat Pendidikan Tinggi. Dia berhasil mendapat dana riset sebesar Rp 8,3 juta. Setelah dana riset ditangan, Mahenda dibantu temannya mulai mengerjakan proyek riset sabun cuci tangan ekstrak kulit durian.
Kulit durian dipisah antara bagian luar dan dalam. Kemudian dipotong-potong kecil, dianging-anginkan, serta digiling hingga berbentuk serbuk. Proses selanjutnya destilasi etanol, maserasi, evaporasi, uji skrining fitokimia, dan hasil akhir berupa sabun cair cuci tangan ekstrak kulit durian. Efektifitas sabun lantas diuji kepada 30 responden dengan menguji empat variabel pembanding.
Empat variabel ini adalah sabun dengan ekstrak kulit durian, sabun tanpa perlakuan tambahan, sabun dengan campuran serbuk durian, dan sabun dengan aroma parfum. Hasilnya, sabun dengan ekstrak kulit durian dianggap lebih efektif menghilangkan bau tak sedap.
"Ternyata, sabun dengan ekstrak kulit durian ini yang paling ampuh menghilangkan bau," ujarnya.
Mahenda juga menambahkan inovasi berupa batu atau kelereng sebagai inti dari sabun. Ia mengklaim, kelereng mampu mengurangi dampak eutrofikasi, DO, BOD, dan pencemaran biota air lewat buih sabun. Setelah lewat serangkaian tahapan tadi, golongan senyawa yang terkandung dalam sabun ekstrak kulit durian meliputi saponin, terpenoid, dan alkaloid.
Riset ini belum dikomersialkan dan diikutkan pada lomba Pekan Kreativitas Mahasiswa di Dirjen Dikti Kemendikbud. Rabu pekan depan, tim Dirjen Dikti akan memantau hasil risetnya.
"Batu atau kelereng ini bisa menjaga kestabilan ekosistem."
DIANANTA PUTRA SUMEDI
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar