TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini kita sering dihadapkan kenyataan banyaknya serangan virus seperti malware, worms, scareware, dan Trojan horse yang menghinggapi situs-situs porno.
Namun berdasarkan laporan terbaru dari perusahaan anti-virus, Symantec, yang memproduksi software anti-virus Norton, menemukan situs religi dan ideologi ternyata jauh melampaui situs porno sebagai target kejahatan hacker (pencuri data melalui jaringan internet).
Atas dasar itu, pengguna kini perlu tiga kali lebih berhati-hati dan mengantisipasi serangan malware -software yang dapat mencuri data, menghujani spam, atau merusak mesin melalui botnet – pada blog atau situs lokal gereja sama seperti ketika pengguna internet mengakses situs porno.
Penjelasannya sederhana. Pengguna internet yang menjalankan situs dewasa sudah ahli mengoperasikan keamanan pada web, dan mereka sudah lama belajar bagaimana melindungi perangkat dari serangan virus. Sedangkan pembuat situs gereja justru kebalikannya, mereka cenderung naif dan tidak berpengalaman meski ada niat untuk melindungi perangkat atau data dari serangan virus maupun malware. Inilah yang membuat para peretas begitu mudah memasuki situs gereja dengan virus.
Sebagai contoh, Stephen Morrisey, arsitek e-commerce dari Pittsburgh, Amerika Serikat adalah pengembang web untuk gereja-gereja yang ingin membuat situs online. Ia mengaku sama sekali tidak punya dasar pengetahuan tentang keamanan situs dan web saat secara sukarela membantu membuatkan situs di gereja kecil di Wilkes-Barre, Amerika Serikat tiga tahun lalu. Rancangannya sederhana, berupa halaman web statis, namun menjadi populer.
Setelah tiga bulan situs diluncurkan, Morrissey melakukan pengecekan jumlah lalu lintas web dan ternyata telah ditutup. Ia lalu mencoba mengunjungi situs, dan menemukan akses situs telah diblokir oleh Google, yang sebelumnya telah memberikan peringatan terhadap situs gereja yang telah masuk dalam kategori situs terlarang.
"Ini adalah sesuatu yang sulit dipahami," kata dia seperti dikutip dari laman Slate, Kamis 11 Juli 2013. Kemudian ia mematikan situs dan melaporkannya ke perusahaan Symantec. Ia tidak pernah mencari tahu apa jenis malware yang terpasang di sana. Untungnya, peringatan Google telah mengingatkan umat gereja untuk tidak mengakses sebelum perangkat terinfeksi.
Morrissey mengatakan, seharusnya ia berkonsultasi terlebih dahulu mengenai keamanan jaringan sebelum membuat situs. Dalam pandangannya, gereja ingin memiliki situs online yang dapat diakses orang banyak namun mereka tidak menyadari bahwa hal itu bisa berubah menjadi ide buruk. "Seringkali ahli informasi teknologi memiliki pengetahuan tentang cara membuat web tapi tidak dalam tingkat profesional atau berpengalaman," ujarnya.
SLATE | ROSALINA
Topik Terhangat:
Karya Penemu Muda | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Tarif Progresif KRL | Bencana Aceh
Terpopuler:
5 Manfaat Berciuman bagi Kesehatan
Korupsi Simulator, KPK Periksa Lagi Jenderal Nanan
Demi Kebersihan, Kini Ada Urinoir dengan Wastafel
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar