TEMPO.CO, Jakarta - Antares sedang mendekati ajal. Bintang super raksasa berwarna merah ini tidak lagi memiliki bahan bakar untuk terus menyala.
"Bintang ini akan runtuh dan meledak menjadi supernova," kata astrofisikawan NASA, Paul Butterworth dan Mike Arida, Rabu, 10 Juli 2013.
Hidrogen, elemen ringan yang menjadi salah satu bahan bakarnya, telah habis. Kini Antares menggunakan elemen lain yang lebih berat untuk tetap membara.
Antares adalah satu dari 20 bintang paling terang yang gampang terlihat di langit malam di bumi. Astronom memperkirakan ukurannya 883 kali ukuran matahari. Ia memiliki tetangga bernama Antares B, bintang kecil yang nyalanya tampak putih kebiruan.
Antares digunakan ebagai nama pendarat bulan pada misi Apollo 14. Antares juga menjadi nama dari sebuah roket yang dikembangkan oleh Orbital Sciences Corp.
Arida mengatakan, Antares--yang dijuluki alpha Scorpii--merupakan bintang terkemuka di rasi bintang Scorpius alias Kalajengking, konstelasi di langit selatan dekat pusat Bima Sakti.
Antares terletak sekitar 604 tahun cahaya dari bumi, atau 700 kali diameter matahari dan cukup besar untuk menelan orbit Mars jika sistem tata surya berpusat di atasnya.
Kendati terbilang raksasa, kepadatan Antares kurang dari sepersejuta besar matahari. Suhu Antares sekitar 3.593 derajat Celsius, relatif dingin dibandingkan suhu matahari sebesar 6.093 derajat Celsius. "Suhu rendah menentukan warna khas kemerahannya," ucap Arida, seperti dikutip Space.
SPACE | MAHARDIKA SATRIA HADI
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar